Rabu, 29 Oktober 2008

Al Hafizh Ibnu Daqiq & Berkah Doa Orangtua

Ulama yang memiliki nama lengkap Muhammad bin 'Ali bin Wahb bin Muthi' bin Abi Tha'at Al Qusyairi Abul Fath Taqiyyuddin, terlahir dari orangtua yang mulia. Ayahnya adalah seorang ulama pada masanya. Sedangkan sang ibu, merupakan putri dari Syaikh Al Muftarih. Ibnu Daqiq al-'Id lahir bertepatan dengan perjalanan orangtuanya menuju Hijaz Syarif (Mekah). Tepatnya pada hari Sabtu 15 Sya'ban 625 H di dekat daerah pantai Yanbu'.



Sebagaimana kita ketahui, doa orang tua termasuk mustajab. Begitulah Al Hafizd Ibnu Daqiq Al-'Id, ia juga mendapatkan berkah dari doa yang pernah dibisikkan bapaknya saat berkeliling thawaf di samping Ka'bah. Sambil menggendong si kecil Muhammad di tangannya, sang ayah melakukan thawaf. Di sela-sela thawaf itu, bibirnya melantunkan harapan kepada Allah, semoga Dia menjadikan anaknya sebagai orang alim lagi mengamalkan ilmunya. Sang ayah pernah bercerita, bahwa doanya dikabulkan Allah.

Sebagaimana ada orang yang pernah bertanya tentang permohonan yang terdapat dalam doanya, sang ayah menjawab: "Aku berdoa kepada Allah, semoga menumbuhkan Muhammad (anaknya, Ibnu Daqiq al-'Id) sebagai orang yang 'alim lagi mengamalkan ilmunya".



Begitulah doa orang tuanya, telah mengantarkan Ibnu Daqiq al-'Id tumbuh menjadi orang yang 'alim dan mengamalkan ilmunya.

Perjalanan thalabul ilmu (pencarian ilmu) Al Hafizh Ibnu Daqiq al-'Id, dimulai dengan membaca Al-Qur'an sehingga sampai menguasainya dengan baik. Kemudian ia melanjutkan perjalanan ilmiahnya menuju Damaskus dan Iskandariyah, juga kota-kota lainnya.



Banyak guru yang telah didatanginya untuk meningkatkan khazanah ilmiahnya. Pertama kali, ia mereguk ilmu dari sang ayah yang memang menjadi seorang ulama juga. Ulama lain yang menjadi sumber belajarnya, di antaranya ialah: Syaikh Bahauddin Abul Hasan bin Hibatullah bin Salamah Asy Syafi'i, Al Hafizh 'Abdul 'Azhim Al Mundziri, Abul Ma'ali Ahmad bin Abdus Salam bin Al Muthahhir, Al Hafizh Abul Hasan Yahya Al 'Aththar.



Ibnu Daqiq al-'Id memperdalam bidang fikih (hukum Islam) dalam perspektif madzhab Imam Malik dan Imam Asy Syafi'i.

Orang-orang yang menghadiri majlisnya untuk menimba ilmu darinya sangat banyak. Padahal majlis hadits beliau tidak banyak. Di antara mereka: Qadhi Syamsuddin Muhammad bin Abil Qasim bin 'Abdus Salam bin Jamil At Tunisi, Qadhi Syaikh 'Alaudin 'Ali bin Islam'il Al Qaunawi, Syaikh Atsiruddin Abu Hayyan Muhammad bin Yusuf Al Ghirnathi, Syaikh Fakhruddin 'Utsman yang populer dengan sebutan Ibnu Binti Abi Sa'id, Syaikh Fathuddin Muhammad bin Muhammad Al Ya'muri.



Selain terkenal dengan tinggi dan luasnya ilmu yang dikuasainya, Ibnu Daqiq al-'Id juga tersohor dengan keluhuran budi pekertinya. Dalam hal kedermawanan, sang murid yang bernama 'Alauddin Al Qaunawi bercerita, bahwa Ibnu Daqiq al 'Id sering memberinya beberapa dirham dan emas.



Dia juga terkenal sebagai pribadi yang tegas. Suatu ketika, beberapa orang sedang membaca sebuah kitab Nahwu di hadapannya. Maka ia bertanya kepada mereka dengan satu pertanyaan. Namun mereka membisu, diam seribu bahasa. Maka ia berkata: "Kayaknya aku sedang berkomunikasi dengan seekor keledai!" Dia pun tidak pernah kembali lagi ke majlis tersebut.



Sifatnya didominasi oleh sifat lembut dipadu dengan wara'nya yang menonjol, dan agama yang kuat, menjadikan Ibnu Daqiq al-"Id betul-betul memiliki kepribadian yang luhur. Kecintaannya kepada ilmu, nampak dari ketekunannya dan tidak bosan-bosannya menelaah kitab-kitab. Dia memiliki ketekunan luar biasa saat menelaah sebuah kitab.



Syaikh Zainuddin 'Umar Ad Dimasyqi yang terkenal dengan Ibnul Kattani bercerita: Aku pernah menemuinya saat pagi hari. Dia menyerahkan sebuah kitab besar kepadaku seraya berkata," Kitab ini telah aku baca tadi malam."



Ada juga yang menceritakan: Aku melihat perpustakaan Najibah di kota qaush yang berisi banyak kitab. Di antaranya, kitab 'Uyunul Adillah karya Ibnul Qashshar yang berjumlah tiga puluh jilid. Ternyata sudah ada tanda-tanda pada setiap jilidnya. Demikian juga kitab-kitab di Madrasah Sabiqiyah, diantaranya kitab Sunan Kabir karya Baihaqi, ternyata sudah ada coretan-coretan (telah dibaca). Juga pada kitab Tarikh Khatib, Mu'jamul Kabir karya Thabrani dan kitab Al Basith karya Al Wahidi, demikian juga (telah ada coretan-coretan).



Syaikh Sirajuddin Ad Dandarawi berkata,"Ketika muncul (terbit) kitab Syarah Kabir karya Ar Rafi'i, ia (Ibnu Daqiq al-Id) membelinya dengan harga seribu dirham. Dia hanya menyibukkan diri dengan shalat fardhu dan menelaah kitab tersebut sampai menyelesaikannya.



Sebagai ulama hadits yang memiliki kekuasaan ilmu, maka sangat layak bila ia meraup berbagai pujian. Para muridnya adalah orang yang paling mengetahui, sebab mereka sering bergaul dengannya dalam majlis ilmu yang diselenggarakan. Dengan itu, mereka menjadi saksi hidup tentang kapasitas ilmiah yang dimiliki guru mereka dalam berbagai disiplin ilmu.



Sebagai contoh, saat menulis Biografi Syaikh Taqiyyuddin Ibnu Daqiq al-'Id, Imam Muhaddits fathuddin Muhammad Al Ya'muri, salah seorang muridnya, mengatakan: "Aku belum pernah melihat orang seperti dia. Aku belum pernah mereguk ilmu atau meriwayatkan (sebuah hadits) dari orang yang lebih agung darinya. Dia mampu menguasai berbagai ilmu, dan sekaligus menjadi pakarnya. Dia terdepan dalam keluasan tentang 'ilalul hadits dibandingkan rekan-rekannya. Bahkan dia paling terkenal penguasaaanya terhadap ilmu yang mulia ini (yaitu ilmu hadits) pada masanya. Dia sangat memelihara lidahnya. Seandainya ada orang yang menghitung ucapannya, pasti dapat menghitung kata-kata yang diucapkannya" Kemudian Syaikh fathuddin mengakhiri sanjungannya dengan mengatakan: "Bola mataku belum pernah menyaksikan orang yang lebih berbudi luhur darinya".



Berkaitan dengan kejelian kritik hadits dan ketelitiannya dalam ilmu hadits, tidak ada seorang pun pada masanya yang menandinginya. Ketinggian ilmunya juga tertuang ke dalam karya ilmiyah yang ditulisnya.

Karya-karyanya sangat banyak dan turut memperkaya pustaka umat. Dalam masalah banyaknya karya ilmiah yang ditulisnya, Ibnu Katsir pernah berkomentar: "Dia telah menulis berbagai tulisan yang banyak, tiada duanya, lagi bermanfaat". Dalam berbagai disiplin ilmu, ia telah mewariskan ilmu dan pengetahuan agamanya untuk umat setelahnya. Tulisannya mencakup masalah aqidah, hadits, fikih, ushul fikih dan sastra.



Berikut ini sebagian nama kitab yang telah diwariskan Al Hafizh Ibnu Daqiq al-'Id untuk umat Islam, di antaranya: Al Ilmam Fi Ahaditsil Ahkam, Ihkamul Ahkami Syarhu 'Umdatul Ahkam, Syarhu Al Arba'in Nawawiyah, Al Iqtirah Fi Bayani Al Isthilah, Risalah Fi Ahli Dzimmah, Tuhfatul Labib Fi Syarhi At Taqrib, Syarah 'Uyunil Masaili Fi Nushushu Asy Syafi'i.



Ulama hadits ini menjemput ajal yang telah digariskan untuknya pada hari Jum'at, 12 Shafar 702H. Saat pemakamannya yang dilakukan pada hari Sabtu, orang-orang berdesakan untuk mengikutinya. Para ulama dan pejabat ikut serta larut bersama umat mengantar Ibnu Daqiq al-'Id menuju peristirahatannya di alam kubur.



Demikian sekilas perjalanan gemilang kehidupan Al Hafidz Ibnu Daqiq al-'Id berkat doa orangtua yang mustajab. Maka menjadi pelajaran bagi kita, hendaklah para orang tua memaksimalkan usaha dalam perbaikan anak dan keturunannya melalui doa.

Kisah perjalanan hidup ulama ini menjadi bukti konkret. Bahwa memanjatkan doa kebaikan untuk anak terhitung sebagai amalan yang sangat bermanfaat.


Copy - Paste dari kisahislam.com

Jumat, 24 Oktober 2008

Rumah Jiwa

"Kediamanmu akan menjadi tempat tinggal jika membuat Anda dan jiwa
yang tinggal di dalamnya merasa tentram. "
-- Phillip Moffitt, penulis dan pendiri Life Balance Institute,
tinggal di Amerika

INI satu kisah tentang sembilan bersaudara yang telah berhasil dalam
meraih karir dan cita-cita yang diimpikan. Dari kesembilan
bersaudara tersebut, hanya seseorang yang memiliki rumah sangat
sederhana. Delapan bersaudara yang lain, rumahnya tergolong mewah
dan lapang. Bahkan berlantai dua. Lantas, ada apa dengan rumah
sederhana itu?

Rumah itu tak luas. Tergolong rumah mungil dengan nama generik: tipe
36. Namun kok anehnya, orang yang tinggal di sana selalu berwajah
ceria, senang, dan hampir tak ada cekcok.

Tidak hanya itu. Di waktu-waktu tertentu, saat liburan sekolah tiba,
rumah sederhana itu tiba-tiba penuh sesak dengan anak-anak. Usut
punya usut, mereka adalah keponakan si empunya rumah, Pak Joko,
itulah nama pemilik rumah sederhana itu. Mereka datang ke sana, dari
berbagai tempat. Dalam setiap acara dan kegiatan, para saudara dekat
dan jauh mereka, lebih senang memilih dan menginap di rumah
tersebut. Bukan semata karena mereka tak punya uang untuk sekadar
menginap di rumah yang sempit itu. Dengar-dengar, ayah mereka hidup
berkecukupan.

Pernah beberapa kali, ketika kakak dan adiknya Pak Joko mengadakan
hajatan dan menyediakan lantai duanya yang lebih lapang dengan
beberapa kamar untuk menginap, mereka malah memilih untuk menginap
di rumah Pak Joko. Mereka pun diantar ke rumah itu dengan mobil yang
masih mengilap dan baru modelnya.

Tapi memang begitulah faktanya. Mereka justeru lebih senang jika
bertandang dan bertamu ke rumah Pak Joko walau rumahnya tergolong
sederhana. Itulah yang dirasakan saudara-saudara Pak Joko. Ya, tapi
kenapa mereka mau berdesakan di sana?

Pakde Joko, begitulah mereka memanggilnya. Pria berambut keriting
dengan kacamata yang selalu nangkring di hidungnya itu punya cara
asoy untuk menjadikan rumahnya selalu membuat betah pengunjungnya.

Pak Joko tak pernah menyuguhkan kemewahan dan fasilitas layaknya
hotel berbintang lima. Keluarga Pak Joko hidup secara sederhana.
Jika tamu-tamu datang, Pak Joko beserta isterinya hanya menyuguhkan
minuman teh dan kopi panas ditambah makanan khas daerah.

Tetapi yang paling penting yang diberikan Pak Joko kepada tamu-
tamunya ialah sikapnya yang justru membentuk rumahnya yang sederhana
menjadi rumah jiwa. Rumah jiwa, rumah yang diisi oleh keramahan,
ketulusan, kesederhanaan, kenyamanan, dan keikhlasan yang
ditampilkan oleh Pak Joko beserta keluarganya.

Keramahan. Itulah yang dilakukan Pak Joko setiap kali menerima
saudara dan tamunya. Pak Joko selalu menyambut dengan penuh
kehangatan. Dengan tawa dan senyum yang tak pernah lepas setiap kali
ia berjumpa dengan orang lain. Pak Joko sendiri memang pandai
bergaul kepada setiap orang. Berbicara dengan penuh canda dan
persahabatan kepada setiap orang tanpa kecuali.

Ketulusan. Pak Joko tak pernah menolak bahkan mengeluh sedikitpun
kepada siapa saja yang bertandang ke rumahnya. Ia tak pernah
membedakan status seseorang yang hadir di rumahnya. Semua ia layani
dengan penuh ketulusan.

Kesederhanaan. Itu jugalah yang ada pada keseharian Pak Joko.
Hidupnya betul-betul sederhana, jauh dari kemewahan. Ia melayani
saudara dan tamunya apa adanya. Pak Joko tak pernah membuat sesuatu
menjadi ada kalau memang tidak ada, atau istilahnya, mengada-ada
yang tidak ada. Begitu juga sebaliknya, Pak Joko tak pernah
menyembunyikan yang ada menjadi tidak ada. Malah, saudaranya yang
selalu membawakan oleh-oleh dan panganan ringan untuk disantap
bersama.

Kenyamanan. Setiap orang yang berkunjung ke rumahnya selalu merasa
nyaman. Kalau orang seberang bilang, feel like at home. Merasakan
seperti rumah sendiri.

Dan ini yang paling penting, keikhlasan. Pak Joko selalu menerima
siapa saja yang hadir di rumahnya dengan penuh keikhlasan. Tanpa
pamrih sekalipun.

Dengan kata lain, rumah Pak Joko merupakan pantulan jiwa Pak Joko
sendiri. Memang begitulah sejatinya sebuah konsep rumah. Bukan dalam
pengertian fisik rumah itu sendiri. House is not a home but home is
more than a house. Rumah bukanlah sebuah tempat tinggal biasa,
tetapi lebih dari itu.

Rumah yang baik adalah rumah yang diisi oleh jiwa-jiwa yang baik.
Jiwa-jiwa yang penuh dengan ketenangan. Penuh ketulusan, keikhlasan,
dan memiliki kedamaian. Itulah mengapa ada istilah `rumahku adalah
surgaku'. Atau kalau orang bule bilang, `home sweet home'. Setiap
orang yang merasa harus pergi dari rumah tersebut karena sudah
waktunya, akan merasakan ingin kembali lagi.

Sebuah rumah juga haruslah dapat memberikan unsur surgawi dan
inspiratif bagi pemiliknya. Pribadi-pribadi dalam rumah itulah yang
harus dapat mengekspresikannya. Menjadikannya sebagai rumah jiwa
yang indah. Bila itu terjadi, sekecil atau sebesar apa pun suatu
rumah, maka akan memberikan keteduhan dan ketenteraman bagi para
penghuninya. 'A house is a home when it shelters the body and
comforts the soul' atau dapat dikatakan, kediamanmu akan menjadi
tempat tinggal jika membuat Anda dan jiwa yang tinggal di dalamnya
merasa tentram.

Bagaimana dengan Anda? Sudahkah Anda membangun rumah jiwa disana?


Sumber: Rumah Jiwa oleh Sonny Wibisono, penulis, tinggal di Jakarta
By motifasiindonesia@yahoogrups.com

Selasa, 14 Oktober 2008

Kisah Cinta Mengharukan

Ini adalah sebuah kisah cinta yang sangat mengharukan....Siapkan tissue sebelum baca ya....

Satu kisah cinta baru-baru ini keluar dari China dan langsung menyentuh seisi dunia.
Kisah ini adalah kisah seorang laki-laki dan seorang wanita yang lebih tua, yang melarikan diri untuk hidup bersama dan saling mengasihi dalam kedamaian selama setengah abad.

Laki-laki China berusia 70 tahun yang telah memahat 6000 anak tangga dengan tangannya (hand carved) untuk isterinya yang berusia 80 tahun itu meninggal dunia di dalam goa yang
selama 50 tahun terakhir menjadi tempat tinggalnya.
50 tahun yang lalu, Liu Guojiang, pemuda 19 tahun, jatuh cinta pada seorang janda 29 tahun bernama
Xu Chaoqin .....

Seperti pada kisah Romeo dan Juliet karangan Shakespeare, teman-teman dan kerabat mereka mencela hubungan mereka karena perbedaan usia di antara mereka dan kenyataan bahwa Xu sudah punya beberapa anak....

Pada waktu itu tidak bisa diterima dan dianggap tidak bermoral bila seorang pemuda mencintai wanita yang lebih tua.....Untuk menghindari gossip murahaan dan celaan dari lingkungannya, pasangan ini memutuskan untuk melarikan diri dan tinggal di sebuah goa di Desa Jiangjin, di sebelah selatan Chong Qing.

Pada mulanya kehidupan mereka sangat menyedihkan karena tidak punya apa-apa, tidak ada listrik atau pun makanan. Mereka harus makan rumput-rumputan dan akar-akaran yang mereka temukan di gunung itu. Dan Liu membuat sebuah lampu minyak tanah untuk menerangi hidup mereka.
Xu selalu merasa bahwa ia telah mengikat Liu dan is berulang-kali bertanya,"Apakah kau menyesal?" Liu selalu menjawab, "Selama kita rajin, kehidupan ini akan menjadi lebih baik".
Setelah 2 tahun mereka tinggal di gunung itu, Liu mulai memahat anak-anak tangga agar isterimya dapat turun gunung dengan mudah. Dan ini berlangsung terus selama 50 tahun.
Setengah abad kemudian, di tahun 2001, sekelompok pengembara (adventurers) melakukan explorasi ke hutan itu. Mereka terheran-heran menemukan pasangan usia lanjut itu dan juga 6000 anak tangga yang telah dibuat Liu.
Liu Ming Sheng, satu dari 7 orang anak mereka mengatakan, "Orang tuaku sangat saling mengasihi, mereka hidup menyendiri selama lebih dari 50 tahun dan tak pernah berpisah sehari pun. Selama itu ayah telah memahat 6000 anak tangga itu untuk menyukakan hati ibuku, walau pun ia tidak terlalu sering turun gunung.

Pasangan ini hidup dalam damai selama lebih dari 50 tahun. Suatu hari Liu yang sudah berusia 72 tahun pingsan ketika pulang dari ladangnya. Xu duduk dan berdoa bersama suaminya sampai Liu akhirnya meninggal dalam pelukannya. Karena sangat mencintai isterinya, genggaman Liu sangat sukar dilepaskan dari tangan Xu, isterinya.

"Kau telah berjanji akan memeliharakanku dan akan terus bersamaku sampai akan meninggal, sekarang kau telah mendahuluikun, bagaimana akan dapat hidup tanpamu?"
Selama beberapa hari Xu terus-menerus mengulangi kalimat ini sambil meraba peti jenasah suaminya dan dengan air mata yang membasahi pipinya.
Pada tahun 2006 kisah ini menjadi salah satu dari 10 kisah cinta yang terkenal di China, yang dikumpulkan oleh majalah Chinese Women Weekly..

Pemerintah telah memutuskan untuk melestarikan "anak tangga cinta" itu, dan tempat kediaman mereka telah dijadikan musium agar kisah cinta ini dapat hidup terus.


Sumber : Unkown

Rabu, 08 Oktober 2008

11 Sifat Istri yang Buruk

Apabila Anda tidak memiliki 11 sifat buruk ini, Anda adalah istri yang salehah. Sebelas sifatburuk ini ialah:

1. istri yang sewenang-wenang dan menguasai dalam hal pendapat serta tindakan, menyepelekan kehormatan dan kedudukan suaminya;
2. istri yang sombong dan angkuh, mengangkat diri karena harta, kecantikan, kedudukan profesi, sosial, gelar, dan ijazah;
3. istri yang berakhlak buruk dalam pergaulan dan hubungan masyarakat;
4. istri yang egois, hanya mementingkan diri sendiri, mengabaikan kepentingan orang lain, dan tidak suka mengalah;
5. istri yang selalu mengingkari kebaikan orang lain dan selalu berkeluh kesah, selalu menyalahkan dan mengkritik suami;
6. istri yang materialis, malas, kikir, dan tidak mau memberi kecuali dengan mengharapkan imbalan;
7. istri yang selalu menentang dan melawan walaupun dalam hal yang bukan kepentingannya;
8. istri yang cerewet sehingga menyebabkan suami tidak betah di rumah;
9. istri yang mengerjakan ibadah sunnah (shalat dan puasa sunnah), tetapi mengabaikan kewajiban-kewajiban suami-istri;
10. istri yang sangat pencemburu dan sering melontarkan tuduhan kosong yang hanya berdasarkan prasangka; dan
11. istri yang royal, boros (tabdzir) penghambur harta.


Source: Hikmah Humor Kisah dan Pepatah karya Abdul Aziz Salim Basyarihil

From : http://mustgatot. blogspot. com

10 Hal yang Dapat Membuat Anda Menjadi Wanita Sempurna

Ini aku dapet dari milis isinya bagus banget...semoga bisa bermanfaat buat temen - temen semua :

1. senyum cantik, karena anda dapat membangkitkan rasa cinta dan menebar kasih sayang kepada orang lain.
2. tutur kata baik, karena anda dapat menjalin persahabatan yang dianjurkan syariat dan menghapus semua rasa dengki.
3. ketulusan derma, anda dapat membahagiakan orang miskin, menggembirakan orang fakir, dan mengenyangkan orang yang lapar.
4. duduk manis bersama Al-Qur’an seraya membaca, merenungi makna, mengamalkan kandungannya, bertobat, dan memohon ampun kepada-Nya
5. banyak dzikir, memohon ampun, rajin berdoa dan suka memperbaharui tobat.
6. mendidik anak-anak anda untuk mendalami agama, mengajari mereka sunnah dan membimbing mereka kepada hal-hal yang berguna bagi mereka.
7. Ya, dengan rasa malu dan jilbab seperti yang diperintahkan Allah kepada anda sebagai sarana memelihara diri dan kehormatan anda.
8. berteman bersama wanita-wanita yang baik dari kalangan mereka yang mempunyai rasa takut kepada Allah, menyukai pengamalan agama, dan menghormati norma-norma etika.
9. berbakti kepada kedua orang tua, bersilaturahim, menghormati tetangga dan menjamin anak-anak yatim.
10. membaca buku-buku yang bermanfaat, menelaah bacaan yang berguna, maka hal itu benar-benar merupakan hal yang amat menyenangkan lagi memberikan informasi yang benar